Author : Seiya Aya
Rating : T (cari aman)
Pair : Rio ><
Shino >< Sousuke
Type : romance
Warning : OOC, Ai-shounen, yaoi, EYD, geje, ambigu, typo
Ciossu.
Sampai
juga di chapter yang kedua ini. Sebenernya aku masih bingung mau bikin berapa
chapter. Yaah… tergantung situasi dan kondisi juga sih. Lagipula lagi banyak
banget kegiatan. Jadi bikin fanfic ini Cuma selingan di antara tugas2 kuliah
yang lain
Satu
hal yang aku takutkan dari membuat fanfic.
.
Takut
kalo salah nulis ke tugas dan di kumpul ke dosen. Haduuuu…. Ntar dosennya malah
jadi pembaca setia fanfic ku ni..
Yang
benar saja….. *digamparsemuadosen
_Monggo_
“meninggal?
Mereka semua? Kelima pendaki itu?” Tanya Shino dengan nada yang tidak percaya
“bukankah
sudah kuberitahu tadi, mereka semua meninggal, sekitar seminggu setelah mereka
turun dari gunung itu” jelas Rio yang berusaha sabar mengahadapi ke-lemotan
makhluk di depannya ini
Apa
mungkin dewa kera yang membinasakan mereka? Tapi bukankah dewa seharusnya
melindungi manusia? Bukannya membunuh manusia! Pasti ada yang tidak beres. Hal
ini semakin aneh saja__benak Shino
“Shino?”
Tanya Rio yang sedari tadi sosok mungil di depan mejanya ini hanya terdiam
seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Sedangkan
Shino?? Tentu saja masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, tak sadar bahwa
sedari tadi Rio terus saja memanggilnya
Di
dalam benak Shino, ia terus saja memikirkan tentang peristiwa itu. “Gunung itu
juga aneh, mengapa hujan hanya ada di gunung itu, apa yang sebenarnya terjadi,
kalo begini sebaiknya ak—“
“woi…..
apa yang mau kamu lakukan Rio?” sontak Shino yang mendapati wajah Rio yang kini
hanya berjarak satu jengkal saja dari wajahnya yang kini merah padam
“kamu
masih hidup? Aku panggil dari tadi kau hanya diam saja, makanya aku putuskan
seperti itu, tapi tanggung tinggal sejengkal lagi pasti kena” jawab Rio ringan
sembari menampakkan senyum nakalnya kepada Shino yang saat ini, uh…. Wajahnya
manis sekali dengan warna merah yang menghiasi wajah mungilnya itu
“sudah
kubilang berkali-kali, jangan perlakukan aku seperti itu, benar-benar membuat
bulu kuduk berdiri” dan tenyata memang benar, bulu kuduk Shino berdiri semua
“lihat nih….” Kata Shino seraya menunjukkan lengannya yang putih dan semulus
sutra itu (oke bagian ini agak lebay, maafkan saya :p)
Bagaimana
dengan Rio? Sudah tentu pria yang satu ini hanya menyeringai nakal kepada sosok
mungil di depannya itu
“jadi,
apa yang kau pikirkan?” Tanya Rio kemudian
“peristiwa
itu benar-benar membuatku penasaran, sebenarnya ada yang ingin aku selidiki di gunung
itu karena itu aku kemari untuk meminta uang saku tambahan kepadamu” jelas
Shino yang kini sudah mulai kembali ke dirinya semula.
“kalau
soal itu gak masalah, tapi apa kau berani pergi sendirian ke tempat itu?
Lumayan jauh aku pikir. Apa aku perlu memanggil Sousuke dari tugasnya untuk
menjagamu?” tawar Rio khawatir
Sebenarnya
Rio gak rela bila Shino harus berduaan dengan Sousuke. Orang yang menurutnya
adalah saingan terbesar baginya untuk mendekati dan memiliki Shino. Hamaji tak
perlu dikhawatirkan, baginya pesona Hamaji itu sangat jauh dari pesonya yang
dimiliki Rio ataupun Sousuke.
“hahahahaha,
tak perlu mengajaknya. Aku sendiri bisa menjaga diriku. Begini-begini usiaku
sudah 17 tahun. Yaah… walau aku harus terjebak di tubuh 12 tahun ini selamanya”
ujar Shino
Haduuuhhh….
Anak yang satu ini. Dia sama sekali tidak sadar kalau wajahnya yang manis,
kawai dan menggemaskan ini sangat rentan oleh orang-orang berpikiran negative
yang ada di luar sana. Memang Shino ini lemot atau telmi sih…__batin Rio
“tapi
tetap saja, aku tidak mungkin membiarkanmu keluar jauh tanpa penjagaan. Apalagi
itu sudah merupakan tugasku sebagai penjagamu. Karena itu, aku akan menemani
perjalanmu” tawar Rio
“tidak
usah…” kemudian Shino mengangkat tangan kanannya ke depan yang sedetik kemudian
munculah tato dengan symbol yang terukir di tangannya. Dan tak lama kemudian
keluarlah sesosok tubuh dari lengan indah milik Shino itu. Bagi yang sudah tau
cerita Hakkenden kalian sudah tau apa yang keluar dari tangan Shino itu. Dan
bagi yang belum sempat menonton Hakkenden, sosok tubuh yang keluar dari tangan
itu adalah gagak hitam yang memiliki nama murasame. Perlu diketahui, murasame
itu adalah pedang gaib yang konon merupakan senjata terkuat yang pernah ada dan
sanggup membelah dunia ini apabila besungguh-sungguh mengeluarkan kekuatan dari
pedang ini
“ada
murasame, kaak,,” sahut gagak hitam itu, yang kemudian terbang ke meja kerja
Rio
“tenang
saja, aku bersama dengan murasame, jadi tidak akan kenapa-kenapa” ujar Shino
meyakinkan Rio
Memang
bocah yang satu ini tidak mengerti keadaan. Rio tidak habis pikir bagaiman jika
Shino berjalan sendirian tanpa ada yang menemaninya. Padahal dengan wajah dan
tubuhnya yang menggoda iman itu pasti membawa masalah baginya.
“tetap
saja, maksudku orang yang menemanimu, bukan roh” kata Rio dengan menekankan
kata ‘orang’ pada kalimatnya itu
Mendengar
itu Shino hanya tersenyum, lebih terlihat senyum nakal yang tentu saja membuat
jantung Rio berdetak hebat karenanya
“hahahaha,
dasar Rio. Selama aku memegang murasame tidak aka nada yang bisa mengalahkanku.
Lagipula kau sendiri ada panggilan dari gereja pusat bukan?” sahut Shino
sembari tersenyum lebar
Memang
benar, minggu ini Rio mendapat panggilan dari gereja pusat. Yah… memang berat
bagi Rio yang merupakan item penting bagi pergerakan gereja pusat. Selain
wajahnya yang tampan ia juga memiliki kemampuan yang luar biasa. Di usianya
yang masih sangat muda, ia telah menjadi salah satu sosok penting dari gereja
pusat.
Mendengar
jawaban Shino baru Rio sadar, memang ia harus dating ke gereja pusat. Jika saja
tidak ada hal yang penting, sudah pasti ia lebih memilih menemani Shino
daripada ke tempat yang dari dulu tidak membuatnya nyaman.
“Rio?”
Tanya Shino yang melihat Rio terdiam
“…”
yang ditanyai masih saja berkutat di pikirannya sendiri
“oii…..”
sentak Shino sedikit keras sembari melambaikan tangan mungilnya di hadapan Rio
“maaf…maaf
Shino, hmm… memang benar, urusan ini tidak bisa aku tinggalkan begitu saja. Apa
benar kau ingin pergi sendirian?” Tanya Rio lagi untuk memastikan
“tentu
saja” sahut Shino mantap
“baiklah,
berapa yang kamu butuhkan untuk perjalanmu?” Tanya Rio lagi
“yang
penting cukup untuk pulang pergi, makan, menginap, beli oleh oleh, beli snack,
dan lain-lainnya” kata Shino yang bersemangat memberikan rincian kebutuhannya
“hahahahahaha,
dasar kau ini. Mau menyelidiki atau mau piknik?” kata Rio yang tak bisa menahan
tawa lagi
“sudah
pasti keduanya donk, kapan lagi aku bisa pergi jauh sendirian” kata Shino yang
tak menggubris tawa Rio, ia hanya melanjutkan mengira-ngira apa yang
dibutuhkannya dalam perjalanan ini sambil menghitung dengan jarinya
“baik-baik
tuan muda, dasar. Mau berangkat kapan kau Shino, mau sekalian aku pesankan
tiket?” Tanya Rio lagi
“secepatnya,
memang maksudku untuk kamu yang memesankan tiket kereta untukku, keberatan?”
Tanya Shino masih dengan lagak bossynya
Anak
ini… sudah minta uang, masih saja nyuruh-nyuruh orang seenakknya. Tapi karena
manis Rio senang-senang saja tuh dibegitukan. Dasar, kalo cinta sudah
berbicara---apaan ni…???
“iya..
iya… nanti aku minta asistenku untuk mencarikan tiket untukmu.” Kata Rio lagi
tepat saat itu terdengar ketukan pintu dari depan ruang kerjanya. “masuk saja”
ujarnya lagi
Masuklah
seorang pemuda dengan pakaian serba putih dengan rambut kuning pendeknya
berjalan ke arah Rio dan Shino
“hey
Rio, bukannya kau seharusnya sudah berangkat ke gereja pusat? Apa kau ingin
membuat mereka merecoki aku karena kau terlambat dating?” keluh pemuda itu
“dasar
para orang tua, apa mereka tidak bisa melakukan apa-apa jika tanpaku?” sekarang
Rio yang mengeluh
“hahaha,
begitulah para orang tua di gereja pusat. Kau tahu sendiri mereka seperti apa”
canda pemuda berpakaian putih itu
“kalau
begitu apa kau mau menemaniku ke sarang orang tua itu Kaname?” kata Rio
menawari pemuda itu yang bernama Kaname
“yang
benar saja? Untuk apa aku kesana. Lagipula yang mereka butuhkan hanya dirimu.
Maaf saja yaa” tolak Kaname
“fuuhh…
ya sudahlah. Kalau begitu aku akan pergi ke tempat itu sekarang.” Mengambil jas
putihnya yang disampirkan di punggung kursi meja kerjanya
“bagaimana
denganku?” rengek Shino yang dari tadi merasa terabaikan dari percakapan dua
sosok tampan dihadapannya itu
“hahahaha,
tenang saja. Dalam perjalanan ke gereja pusat akan aku urus tiketmu. Untuk uang
sakumu nanti asistenku yang memberikannya padamu, bagaimana?” kata Rio sembari
menepuk kepala Shino
“memang
mau kemana kamu sampai memesan tiket segala?” Tanya Kaname yang belum tau
apa-apa tentang rencana Shino
“aku
mau pergi ke gunung tempat dewa kera berada. Ada yang ingin aku selidiki di
sana” jawab Shino yang berbalik menatap Kaname
“apa
tidak perlu menunggu kepulangan Sousuke dulu?” Tanya Kaname lagi
“hahahaha,
apa aku perlu pengurus yang selalu menjagaku? Aku bisa menjaga diriku kok” kata
Shino sambil cemberut karena merasa tidak dipercayai untuk pergi sendirian
“murasame
juga ikut Shino, kaaakkk” koak si burung hitam yang dari tadi memakan makanan
kecil di meja kerja Rio
Kedua
pemuda tampan itu hanya bisa saling menatap. Memang sulit untuk melepas Shino
untuk pergi sendirian. Bisa berbahaya karena tampang Shino memang
‘berbahaya’---apa ini maksudnya..???
“apa
kalian meragukanku??” Tanya Shino lagi yang masih saja cemberut dengan wajahnya
yang menurut mereka berdua, manis luar biasa, eehh????
Anak
ini…. Kalau tidak ada Kaname sudah aku peluk dan cium saking menggemaskannya
---batin Rio
Dasar
Shino, manis bener kamu kalo cemberut begitu --- batin Kaname
Haduh
haduh, ternyata korban Shino bukan cuma Rio ya, hahahaha. Dasar anak yang
berdosa
“kami
bukannya meragukanmu, hanya saja khawatir dengan keadaanmu” akhirnya Rio duluan
yang menjawab
“betul
kata Rio, kamu sering tersesat. Bagaimana kalau sampai merepotkan orang lain.
Kalau kami sih sudah terbiasa dengan tingkahmu, kalau orang lain???” Tanya
Kaname mengiyakan Rio
“jadi
kalian lebih memikirkan orang lain dari pada aku? Menyebalkan. Dasar kalian
itu. Ya sudah aku pergi saja. Yang penting aku mau tetap pergi. Kalau bisa hari
ini juga.” Ujar Shino sambil beranjak pergi dari ruang kerja Rio
Dua
pemuda yang ada dihadapanya itu hanya bisa senyum-senyum saja melihat tingkah
Shino itu
“oiya
Rio, satu hal lagi” kata Shino sebelum mencapai pintu “pesankan aku tiket
kereta kelas 1, aku tidak mau kalau kelas yang lain, ayo murasame” sahut Shino
yang kemudian pergi untuk mempersiapkan keperluannya
“kaaakkkkk….
Tunggu Shinooooo” jawab gagak hitam itu setelah menghabiskan semua camilan Rio
lalu terbang menyusul Shino
Tinggallah
dua orang dalam ruangan itu yang saling pandang dan geleng-geleng saja melihat
sosok mungil yang baru saja meninggalkan tempat itu
.
.
.
Bagaimana
chapter keduanya, mesti makin geje plus ambigu. Maklum, authornya juga seperti
itu. Maafkan aku yaa… *nyembah-nyembah
Oke,
sampai jumpa di Chapter selanjutnya yaa… bila masih minat tunggu saja postingan
saya berikutnya.
TBC
OMAKE
Shino : sepertinya karakterku disini masih
wajar, bagus bagus (sambil mengelus kepala author) *maunyaauthor
Rio : kau disitu ternyata, pergi dari
Shino, aku masih belum memberimu pelajaran
Author : haduh Rio.. ini kan hanya fanfic, jangan
marah kenapa
Rio : walau fanfic, tetap saja merusak
citraku, dasar author sableng, cih
Shino : hahahahahaha
Author : dasar, dari chapter pertama ampe sekarang
ketawa mulu, liat aja, chapter berikutnya aku bikin OOC, hohohohohoho (ambil
langkah seribu alias kabuuuuurrrrr)
Shino : memang author sarap, awas kamu….
(ngejar author)
Rio : heh Kaname, kamu juga ngomong
sesuatu dong, Kaname…..
Kaname : (ndengerin music pake earphone)
Rio : Kuso!!!!
.
.
Jaa
ne (~^,^)~____ ~(^,^~)
.