Review
Tetralogi Buru “Anak Semua Bangsa”
Tetralogi
Buru, adalah sebuah roman karya Pramoedya Ananta Toer yang dimaksudkan untuk
mengisi kesusastraan yang di periode itu masih sangat minim. Tertralogi ini
dibagi dalam 4 buku, masing-masing berjudul Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa,
Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Karya yang dihasilkan oleh Pramoedya
Ananta Toer ini ditulis saat beliau berada di penjara. Pramoedya Ananta Toer
lahir pada tahun 1925 di kota Blora Jawa Tengah. Keadaan yang mengaruskannya
berada di dalam penjara tidak mematahkan semangat dan kesenangannya dalam
menulis. Penjara seakan tidak membuatnya gentar. Ia menganggap bahwa menulis
meupakan tugas pribadi dan nasional. Ia tidak menyerah walaupun karnyaya
dilarang dan dibakar.
Selama ini, melalui tangannya telah
ia hasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa
asing. Bahkan, beliau banyak sekali dianugrahkan penghargaan-penghargaan
internasional, dimana sampai akhir hidupnya beliau adalah satu-satunya wakil
dari Indonesia yang namanya masuk berkali-kali dalam daftar Kandidat Pemenang
Nobel Sastra.
Seperti yang saya cantumkan diatas,
Tetralogi Buru ini dibagi menjadi 4 bagian. Dimana pengambilan latar tentang
cikal bakal Negara Indonesia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Dan dalam
tulisan saya ini, saya akan mencoba untuk mereview mengenai salah satu
Tetralogi Buru yaitu Anak Semua Bangsa.
Sekuel kedua dari Tetralogi Buru ini
masih mengisahkan Minke, seorang pemuda pribumi yang masih memiliki darah
bangsawan dengan menyandang gelar Raden Mas. Di akhir sekuel pertamanya, yaitu
Bumi Manusia, dikisahkan kepergian Annelies ke Nederland karena keterpaksaan
dan tipu muslihat dari Ir. Mellema. Kepergian Annelies membawa perasaan yang
sangat mendalam bagi Minke. Bagaimana tidak? Keadaan Annelies yang sedang jatuh
sakit dan diharuskan mengikuti perjalanan jauh ke Nederland dengan kapal laut
membuatnya khawatir. Ditambah lagi, kepergian Annelies ke Nederland tanpa ijin
dan perasaan rela dari Minke, Mama (mertua Mnke atau ibu dari Annelies).
Perasaan inilah yang membuat Mama
sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu. Beliau menugaskan seseorang bernama
Pandji Darman untuk terus menjaga Annelies. Akan tetapi, hal yang buruk
terjadi. Keadaan Annelies yang semakin buruk membuatnya sangat lemah dan
tertutup hatinya untuk mau berbicara dengan orang lain. Hal inilah yang
menyulitkan Pandji untuk menemani dan menjaga Annalies. Perawat yang menjaga
Annelies terkesan acuh terhadap pasiennya, sehingga hanya Pandji Darman yang
dengan suka rela merawat dan menjaga Annelies.
Ketika sampai di Nederland,
sebenarnya tugas Pandji Darman hanya mengantarkan Annelies sampai di Nederland.
Tetapi karena rasa tak tega dank arena Pandji Darman mengenal sosok Mama yang
sangat baik padanya membuatnya tak sampai hati untuk meninggalkan Annelies
seorang diri di negeri dan orang yang asing bagi dirinya.
Mulanya Pandji mengira Annelies
dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Tetapi ketika sampai di stasiun, yang
menjemput adalah seorang wanita dan membawanya ke sebuah rumah terpencil di perkebunan.
Annelies ditempatnkan di sebuah loteng yang dipaksakan menjadi kamar yang
sungguh sangat tidak baik bagi kesehatannya yang sedang buruk. Karena kondisi
inilah Annelies meninggal dunia tanpa ditangani seorang dokterpun.
Dengan membawa kabar duka ini,
Pandji Darman kembali ke Hindia (Indonesia). Sebelumnya, Pandji telah
mengabarkan berita ini kepada Minke dan Mama yang tentu saja sangat berduka
mengenai kepergian anak dan istri tercintanya. Ditambah lagi, tidak dalam
penanganan yang layak seperti janji dari Ir. Mellema.
Mendengar berita tersebut Minke dan
Mama sangat sedih dan berduka. Ditambah lagi munculnya masalah di pengadilan
mengenai hak kekayaan dari Mama yang hak warisnya, setelah anak-anaknya
meninggal jatuh ke tangan Ir. Mellema. Mendengar hal itu Mama segera bertindak.
Mama tidak ingin semua yang talah dibangunnya harus diserahkan begitu saja
kepada anak dari suaminya dai istri pertamanya yang merupakan seorang Belanda
asli.
Kalah di pengadilan, membuatnya
harus mengerahkan jurus terakhir. Disuruhnya Minke untuk meminta bantuan Jean
Marais dan Kommer untuk membantunya dalam mengangani Ir. Mellema yang hendak
mengusirnya dari rumah hasil keringatnya sendiri. Jean Marais adalah sahabat
Minke dan seorang pelukis asal Prancis yang telah lama mengenal keluarga
Annelies. Sedangkan Kommer adalah seorang jurnalis yang bekerja di Koran asal
Semarang yang merupakan teman dari Jean Marais.
Tidak lupa Darsam, seorang keturunan
Madura yang telah mengikuti Mama sajak Annelies masih kecil dan telah lama pula
mendampingi Mama di perusahaan yang dibangunnya tersebut.
Ketika Ir. Mellema dating ke rumah
Mama hendak mengusirnya dari rumah itu, serangan dimulai. Tidak dengan senjata,
melainkan dengan kata-kata. Ya, itulah serangan dan jurus terakhir Mama, perang
kata. Ir. Mellema dicecar habis-habisan yang dianggap tidak tahu malu mengambil
seenaknya harta yang telah susah payah dimiliki Mama dengan jerih payahnya
sendiri, tanpa campur tangan dari mendiang suaminya, yaitu ayah Ir. Mellema.
Dengan senjata pamungkas, dikuakkan
juga penyebab kematian Annelies karena tindakan Ir. Mellema yang terkesan
menelantarkan Annelies yang sedang sakit begitu saja di sebuah rumah yang
sangat tidak layak untuk orang yang sedang sakit.
Mendengar serang yang bertubi-tubi
dan memang benar semua yang dikatakan itu, membuatnya harus mundur. Kewibawaan
Ir. Mellema yang merupakan Angakatan Laut itu hilang sudah setelah mendengar
cercaan dari para pembela Mama. Sehingga mau tidak mau Ir. Mellema harus
mengakui kekalahannya dan mundur untuk mengusir Mama dari perusahaan yang
memang semestinya adalah hak Mama sendiri.
Demikianlah revieuw dari bagian
kedua dari Tetralogi Buru : “Anak Semua Bangsa”. Jika ingin membacanya dan bila
yang sudah membacnya ingin membaca lagi, karya ini sungguh sangat kaya dengan
nilai-nilai kemanusian yang sangat apik tersusun dari keindahan kata-kata oleh
Pramoedya Ananta Toer. Semoga buku ini selalu menginspirasi kita dan membuat
kita mau berfikir dan merenungi setiap kata dan perbuatan yang kita lakukan.
Terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar