Selasa, 08 Oktober 2013

hakkenden : 'i will protect u' chapter 2



Author            : Seiya Aya
Rating             : T (cari aman)
Pair                 : Rio >< Shino >< Sousuke
Type               : romance
Warning         : OOC, Ai-shounen, yaoi, EYD, geje, ambigu, typo

Ciossu.
Sampai juga di chapter yang kedua ini. Sebenernya aku masih bingung mau bikin berapa chapter. Yaah… tergantung situasi dan kondisi juga sih. Lagipula lagi banyak banget kegiatan. Jadi bikin fanfic ini Cuma selingan di antara tugas2 kuliah yang lain
Satu hal yang aku takutkan dari membuat fanfic.
.
Takut kalo salah nulis ke tugas dan di kumpul ke dosen. Haduuuu…. Ntar dosennya malah jadi pembaca setia fanfic ku ni..
Yang benar saja….. *digamparsemuadosen

_Monggo_
“meninggal? Mereka semua? Kelima pendaki itu?” Tanya Shino dengan nada yang tidak percaya
“bukankah sudah kuberitahu tadi, mereka semua meninggal, sekitar seminggu setelah mereka turun dari gunung itu” jelas Rio yang berusaha sabar mengahadapi ke-lemotan makhluk di depannya ini
Apa mungkin dewa kera yang membinasakan mereka? Tapi bukankah dewa seharusnya melindungi manusia? Bukannya membunuh manusia! Pasti ada yang tidak beres. Hal ini semakin aneh saja__benak Shino
“Shino?” Tanya Rio yang sedari tadi sosok mungil di depan mejanya ini hanya terdiam seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Sedangkan Shino?? Tentu saja masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, tak sadar bahwa sedari tadi Rio terus saja memanggilnya
Di dalam benak Shino, ia terus saja memikirkan tentang peristiwa itu. “Gunung itu juga aneh, mengapa hujan hanya ada di gunung itu, apa yang sebenarnya terjadi, kalo begini sebaiknya ak—“
“woi….. apa yang mau kamu lakukan Rio?” sontak Shino yang mendapati wajah Rio yang kini hanya berjarak satu jengkal saja dari wajahnya yang kini merah padam
“kamu masih hidup? Aku panggil dari tadi kau hanya diam saja, makanya aku putuskan seperti itu, tapi tanggung tinggal sejengkal lagi pasti kena” jawab Rio ringan sembari menampakkan senyum nakalnya kepada Shino yang saat ini, uh…. Wajahnya manis sekali dengan warna merah yang menghiasi wajah mungilnya itu
“sudah kubilang berkali-kali, jangan perlakukan aku seperti itu, benar-benar membuat bulu kuduk berdiri” dan tenyata memang benar, bulu kuduk Shino berdiri semua “lihat nih….” Kata Shino seraya menunjukkan lengannya yang putih dan semulus sutra itu (oke bagian ini agak lebay, maafkan saya :p)
Bagaimana dengan Rio? Sudah tentu pria yang satu ini hanya menyeringai nakal kepada sosok mungil di depannya itu
“jadi, apa yang kau pikirkan?” Tanya Rio kemudian
“peristiwa itu benar-benar membuatku penasaran, sebenarnya ada yang ingin aku selidiki di gunung itu karena itu aku kemari untuk meminta uang saku tambahan kepadamu” jelas Shino yang kini sudah mulai kembali ke dirinya semula.
“kalau soal itu gak masalah, tapi apa kau berani pergi sendirian ke tempat itu? Lumayan jauh aku pikir. Apa aku perlu memanggil Sousuke dari tugasnya untuk menjagamu?” tawar Rio khawatir
Sebenarnya Rio gak rela bila Shino harus berduaan dengan Sousuke. Orang yang menurutnya adalah saingan terbesar baginya untuk mendekati dan memiliki Shino. Hamaji tak perlu dikhawatirkan, baginya pesona Hamaji itu sangat jauh dari pesonya yang dimiliki Rio ataupun Sousuke.
“hahahahaha, tak perlu mengajaknya. Aku sendiri bisa menjaga diriku. Begini-begini usiaku sudah 17 tahun. Yaah… walau aku harus terjebak di tubuh 12 tahun ini selamanya” ujar Shino
Haduuuhhh…. Anak yang satu ini. Dia sama sekali tidak sadar kalau wajahnya yang manis, kawai dan menggemaskan ini sangat rentan oleh orang-orang berpikiran negative yang ada di luar sana. Memang Shino ini lemot atau telmi sih…__batin Rio
“tapi tetap saja, aku tidak mungkin membiarkanmu keluar jauh tanpa penjagaan. Apalagi itu sudah merupakan tugasku sebagai penjagamu. Karena itu, aku akan menemani perjalanmu” tawar Rio
“tidak usah…” kemudian Shino mengangkat tangan kanannya ke depan yang sedetik kemudian munculah tato dengan symbol yang terukir di tangannya. Dan tak lama kemudian keluarlah sesosok tubuh dari lengan indah milik Shino itu. Bagi yang sudah tau cerita Hakkenden kalian sudah tau apa yang keluar dari tangan Shino itu. Dan bagi yang belum sempat menonton Hakkenden, sosok tubuh yang keluar dari tangan itu adalah gagak hitam yang memiliki nama murasame. Perlu diketahui, murasame itu adalah pedang gaib yang konon merupakan senjata terkuat yang pernah ada dan sanggup membelah dunia ini apabila besungguh-sungguh mengeluarkan kekuatan dari pedang ini
“ada murasame, kaak,,” sahut gagak hitam itu, yang kemudian terbang ke meja kerja Rio
“tenang saja, aku bersama dengan murasame, jadi tidak akan kenapa-kenapa” ujar Shino meyakinkan Rio
Memang bocah yang satu ini tidak mengerti keadaan. Rio tidak habis pikir bagaiman jika Shino berjalan sendirian tanpa ada yang menemaninya. Padahal dengan wajah dan tubuhnya yang menggoda iman itu pasti membawa masalah baginya.
“tetap saja, maksudku orang yang menemanimu, bukan roh” kata Rio dengan menekankan kata ‘orang’ pada kalimatnya itu
Mendengar itu Shino hanya tersenyum, lebih terlihat senyum nakal yang tentu saja membuat jantung Rio berdetak hebat karenanya
“hahahaha, dasar Rio. Selama aku memegang murasame tidak aka nada yang bisa mengalahkanku. Lagipula kau sendiri ada panggilan dari gereja pusat bukan?” sahut Shino sembari tersenyum lebar
Memang benar, minggu ini Rio mendapat panggilan dari gereja pusat. Yah… memang berat bagi Rio yang merupakan item penting bagi pergerakan gereja pusat. Selain wajahnya yang tampan ia juga memiliki kemampuan yang luar biasa. Di usianya yang masih sangat muda, ia telah menjadi salah satu sosok penting dari gereja pusat.
Mendengar jawaban Shino baru Rio sadar, memang ia harus dating ke gereja pusat. Jika saja tidak ada hal yang penting, sudah pasti ia lebih memilih menemani Shino daripada ke tempat yang dari dulu tidak membuatnya nyaman.
“Rio?” Tanya Shino yang melihat Rio terdiam
“…” yang ditanyai masih saja berkutat di pikirannya sendiri
“oii…..” sentak Shino sedikit keras sembari melambaikan tangan mungilnya di hadapan Rio
“maaf…maaf Shino, hmm… memang benar, urusan ini tidak bisa aku tinggalkan begitu saja. Apa benar kau ingin pergi sendirian?” Tanya Rio lagi untuk memastikan
“tentu saja” sahut Shino mantap
“baiklah, berapa yang kamu butuhkan untuk perjalanmu?” Tanya Rio lagi
“yang penting cukup untuk pulang pergi, makan, menginap, beli oleh oleh, beli snack, dan lain-lainnya” kata Shino yang bersemangat memberikan rincian kebutuhannya
“hahahahahaha, dasar kau ini. Mau menyelidiki atau mau piknik?” kata Rio yang tak bisa menahan tawa lagi
“sudah pasti keduanya donk, kapan lagi aku bisa pergi jauh sendirian” kata Shino yang tak menggubris tawa Rio, ia hanya melanjutkan mengira-ngira apa yang dibutuhkannya dalam perjalanan ini sambil menghitung dengan jarinya
“baik-baik tuan muda, dasar. Mau berangkat kapan kau Shino, mau sekalian aku pesankan tiket?” Tanya Rio lagi
“secepatnya, memang maksudku untuk kamu yang memesankan tiket kereta untukku, keberatan?” Tanya Shino masih dengan lagak bossynya
Anak ini… sudah minta uang, masih saja nyuruh-nyuruh orang seenakknya. Tapi karena manis Rio senang-senang saja tuh dibegitukan. Dasar, kalo cinta sudah berbicara---apaan ni…???
“iya.. iya… nanti aku minta asistenku untuk mencarikan tiket untukmu.” Kata Rio lagi tepat saat itu terdengar ketukan pintu dari depan ruang kerjanya. “masuk saja” ujarnya lagi
Masuklah seorang pemuda dengan pakaian serba putih dengan rambut kuning pendeknya berjalan ke arah Rio dan Shino
“hey Rio, bukannya kau seharusnya sudah berangkat ke gereja pusat? Apa kau ingin membuat mereka merecoki aku karena kau terlambat dating?” keluh pemuda itu
“dasar para orang tua, apa mereka tidak bisa melakukan apa-apa jika tanpaku?” sekarang Rio yang mengeluh
“hahaha, begitulah para orang tua di gereja pusat. Kau tahu sendiri mereka seperti apa” canda pemuda berpakaian putih itu
“kalau begitu apa kau mau menemaniku ke sarang orang tua itu Kaname?” kata Rio menawari pemuda itu yang bernama Kaname
“yang benar saja? Untuk apa aku kesana. Lagipula yang mereka butuhkan hanya dirimu. Maaf saja yaa” tolak Kaname
“fuuhh… ya sudahlah. Kalau begitu aku akan pergi ke tempat itu sekarang.” Mengambil jas putihnya yang disampirkan di punggung kursi meja kerjanya
“bagaimana denganku?” rengek Shino yang dari tadi merasa terabaikan dari percakapan dua sosok tampan dihadapannya itu
“hahahaha, tenang saja. Dalam perjalanan ke gereja pusat akan aku urus tiketmu. Untuk uang sakumu nanti asistenku yang memberikannya padamu, bagaimana?” kata Rio sembari menepuk kepala Shino
“memang mau kemana kamu sampai memesan tiket segala?” Tanya Kaname yang belum tau apa-apa tentang rencana Shino
“aku mau pergi ke gunung tempat dewa kera berada. Ada yang ingin aku selidiki di sana” jawab Shino yang berbalik menatap Kaname
“apa tidak perlu menunggu kepulangan Sousuke dulu?” Tanya Kaname lagi
“hahahaha, apa aku perlu pengurus yang selalu menjagaku? Aku bisa menjaga diriku kok” kata Shino sambil cemberut karena merasa tidak dipercayai untuk pergi sendirian
“murasame juga ikut Shino, kaaakkk” koak si burung hitam yang dari tadi memakan makanan kecil di meja kerja Rio
Kedua pemuda tampan itu hanya bisa saling menatap. Memang sulit untuk melepas Shino untuk pergi sendirian. Bisa berbahaya karena tampang Shino memang ‘berbahaya’---apa ini maksudnya..???
“apa kalian meragukanku??” Tanya Shino lagi yang masih saja cemberut dengan wajahnya yang menurut mereka berdua, manis luar biasa, eehh????
Anak ini…. Kalau tidak ada Kaname sudah aku peluk dan cium saking menggemaskannya ---batin Rio
Dasar Shino, manis bener kamu kalo cemberut begitu --- batin Kaname
Haduh haduh, ternyata korban Shino bukan cuma Rio ya, hahahaha. Dasar anak yang berdosa
“kami bukannya meragukanmu, hanya saja khawatir dengan keadaanmu” akhirnya Rio duluan yang menjawab
“betul kata Rio, kamu sering tersesat. Bagaimana kalau sampai merepotkan orang lain. Kalau kami sih sudah terbiasa dengan tingkahmu, kalau orang lain???” Tanya Kaname mengiyakan Rio
“jadi kalian lebih memikirkan orang lain dari pada aku? Menyebalkan. Dasar kalian itu. Ya sudah aku pergi saja. Yang penting aku mau tetap pergi. Kalau bisa hari ini juga.” Ujar Shino sambil beranjak pergi dari ruang kerja Rio
Dua pemuda yang ada dihadapanya itu hanya bisa senyum-senyum saja melihat tingkah Shino itu
“oiya Rio, satu hal lagi” kata Shino sebelum mencapai pintu “pesankan aku tiket kereta kelas 1, aku tidak mau kalau kelas yang lain, ayo murasame” sahut Shino yang kemudian pergi untuk mempersiapkan keperluannya
“kaaakkkkk…. Tunggu Shinooooo” jawab gagak hitam itu setelah menghabiskan semua camilan Rio lalu terbang menyusul Shino
Tinggallah dua orang dalam ruangan itu yang saling pandang dan geleng-geleng saja melihat sosok mungil yang baru saja meninggalkan tempat itu
.
.
.
Bagaimana chapter keduanya, mesti makin geje plus ambigu. Maklum, authornya juga seperti itu. Maafkan aku yaa… *nyembah-nyembah
Oke, sampai jumpa di Chapter selanjutnya yaa… bila masih minat tunggu saja postingan saya berikutnya.

TBC

OMAKE
Shino       : sepertinya karakterku disini masih wajar, bagus bagus (sambil mengelus kepala author) *maunyaauthor
Rio           : kau disitu ternyata, pergi dari Shino, aku masih belum memberimu pelajaran
Author    : haduh Rio.. ini kan hanya fanfic, jangan marah kenapa
Rio           : walau fanfic, tetap saja merusak citraku, dasar author sableng, cih
Shino       : hahahahahaha
Author    : dasar, dari chapter pertama ampe sekarang ketawa mulu, liat aja, chapter berikutnya aku bikin OOC, hohohohohoho (ambil langkah seribu alias kabuuuuurrrrr)
Shino       : memang author sarap, awas kamu…. (ngejar author)
Rio           : heh Kaname, kamu juga ngomong sesuatu dong, Kaname…..
Kaname  : (ndengerin music pake earphone)
Rio           : Kuso!!!!

.
.
Jaa ne (~^,^)~____ ~(^,^~)
 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar