REVOLUSI MUANGTHAI
Dalam sejarah Muangthai, revolusi ini sangat penting bagi
Negara ini. Revolusi ini sangat penting bagi keadaan dan kehidupan politik
dimana setelah terjadinya revolusi ini, dimulailah sejarah modern
Muangthai.Sebab-sebab dari revolusi ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu
aspek politik, ekonomi, social dan tak lupa pengaruh Barat terhadap Muangthai.
Sejak
masa pemerintahan Raja Chulalongkorn (1868-1910), Siam (nama sebelum Muangthai)
telah menggunakan system cabinet. Raja ini memerintah dengan sangat baik, akan
tetapi dengan kekuasaan raja yang mutlak membuat keputusan raja menjadi
absolute. Beberapa usaha yang dilakukan oleh raja untuk mensejahterakan
rakyatnya kurang tepat sasaran. Seperti mewajibkan semua anak-anak untuk
belajar di sekolah dasar bahkan tanpa biaya, sayangnya fasilitas ini hanya
dapat dinikmati oleh kalngan tertentu saja.
Berikutnya,
raja juga mencoba untuk memperluas kekuasaan Dewan NEGARA DAN Dewa Legislatif
yang telah dibentuk sejak tahun 1895, tetapi kekuasaan lembaga Negara itu hanya
sebagai simbolis, karena rajalah yang tetap memegang hak untuk mengangkat para
anggota dewan-dewan tersebut.
Kebijakan
yang membuat rakyat kecewa adalah memotong gaji para pegawai dan melakukan
pemecata-pemecatan di berbagai bidang di Siam. Tindakan-tindakan yang seperti
inilah yang membuat munculnya rasa dendam kepada pemerintah
Dalam
bidag ekonomiterjadi dalam pemerintahan Raja Vajiravudh (1910-1925) dimana kas
Negara dalam keadaan krisis karena penggunaan uang Negara yang kurang
terkontrol dengan baik. Raja selanjtunya juga mengalami masalah keuangan yang
sama, dan untuk mengatasinya raja meminta bantuan dari luar negeri dan tanpa
hasil kemudian para kaum nasionalis menuntut penghapusan hak-hak istimewa dan
kontrak-kontrak asing di Siam. Tetapi, hal itu juga masih belum memenuhi target
dari kas Negara yang krisis.
Dari
keadaan social di Siam, sampai pada tahun 1931 masih tidak mengalami perubahan
yang berarti. Rakyat Siam yang mayoritas bermatapencaharian petani masih tetap
terbelakang. Padahal modernisasi di Siam telah dan sedang berlangsung. Dalam
bidang perdagangan, rakyat kurang mendapatkan pasar karena telah dikuasai olah
bangsa asing, dan yang paling banyak mendominasi adalah Cina. Hal inilah yang
membuat semakin banyaknya pengagguran di Siam yang memuat rakyat tidak tahan
lagi dengan pemerintah yang ada.
Pengaruh
dari Barat lebih kea rah ilmu pengetahuan. Semakin banyaknya pengetahuan yang
masuk ke Siam membuat semakin banykanya kaum intelektual Siam yang berpikiran
modern. Mereka berusaha menghapuskan monarkhi absolute dan menggantikannya
dengan monarkhi konstitusional yang sesuai dengan zaman modern ini. Pemikiran
inilah yang membuat para intelektual Siam bergerak untuk menciptakan Siam yang
lebih baik.
Revolusi
Siam dimulai pada awal tahun 1932 dan tepat pada 24 Juni 1932 meletuslah
revolusi Siam. Pada saat revolusi sedang berlangsung, raja sedang beristirahat
di luar kota Bangkok (pada masa itu Raja Prajadiphok yang berkuasa). Partai
Rakyat mengirim ulyimatum yang mengaruskan raja untuk menyetujui ultimatum yang
diberikan oleh rakyat itu.
Akibat
dari ultimatum yang dengan terpaksa disetujui raja itu membuat raja kehilangan
hak-hak istimewa kecuali raight of pardon. Selain itu para pangeran tidak boleh
menduduki jabatan-jabatan menteri dan jabatan di dalam angtan perang. Selain
itu pimpinan pemerintah diambilalih oleh Partai Rakyat.
Dampak
dari revolusi ini membuat golongan komunis orang-orang Cina berusaha mengambil
keuntungan dari situasi ini. Melihat situasi seperti ini, pemerintah yang baru
itu membuat keputusan baru yang memuat raja akhirnya mendapatkan tiga kekuasaan
penting.
Pertama, raja dapat membubarkan Assembly
tanpa persetujuan kabinat tetapi suatu pemilihan baru harus dilakukan dalam
jangka waktu tiga bulan. Kedua, raja
mempunyai hak untuk memveto undang-undang, tetapi Assembly dapat
mengesampingkan veto tersebut dengan jalan pengambilan suara kedua. Ketiga, raja berhak mengeluarkan dekrit
secara mendadak selama dekrit itu ditandatangani oleh menteri yang
bersangkutan.
Adanya
situasi yang terus-terusan kurang kondusif menyebabkan raja harus turun tahta
pada Bulan Maret 1935 dan pergi ke luar negeri. Pemimpin baru kemudian diambil
oleh Phibun Songgram dengan Pridi sebagai menteri keuangan. Kebiajakan yang
diambil benar-benar bersifat nasional antara lain memperluas pendidikan, member
lapangan pekerjaan dan membatasi kegiatan orang-orang Cina serta beban para
petani diringankan. Dan pada tanggal 24 Juni 1939, nama Siam kemudian diganti
menjadi Muangthai (Thailand).